Berita
Respon Tiongkok terhadap Tarif AS Mungkin Memicu Reli Bitcoin 2025, Prediksi Hayes

Respon Tiongkok terhadap Tarif AS Mungkin Memicu Reli Bitcoin 2025, Prediksi Hayes

profile-alexey-bondarev
Alexey BondarevApr, 08 2025 7:48
Respon Tiongkok terhadap Tarif AS Mungkin Memicu Reli Bitcoin 2025, Prediksi Hayes

Potensi devaluasi mata uang Tiongkok sebagai respons terhadap tarif perdagangan AS bisa memicu aliran modal signifikan ke dalam Bitcoin dan mata uang kripto lainnya, menurut para pemimpin industri termasuk pendiri BitMEX Arthur Hayes.


Yang Perlu Diketahui:

  • Para ahli industri memprediksi investor Tiongkok mungkin beralih ke Bitcoin jika yuan terdevaluasi
  • Pola sejarah dari 2013, 2015, dan 2019 menunjukkan korelasi antara melemahnya yuan dan penguatan Bitcoin
  • Meningkatnya ketegangan perdagangan AS-Tiongkok bisa mempercepat pergerakan modal ke aset terdesentralisasi

Hayes mengindikasikan di media sosial bahwa sementara banyak investor kripto fokus pada tindakan Federal Reserve, Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) pada akhirnya dapat memberikan katalis yang dibutuhkan untuk merestart pasar bullish kripto.

"Jika bukan Fed, maka PBOC yang akan memberi kita bahan Yahtzee," Hayles menyatakan pada 8 April, menyarankan bahwa kebijakan moneter dari Tiongkok bisa memicu pergerakan harga signifikan berikutnya.

Wirausahawan kripto tersebut secara khusus menyoroti potensi devaluasi mata uang Tiongkok untuk mendorong modal masuk ke aset digital.

Dia mencatat bahwa pola ini telah terjadi beberapa kali selama dekade terakhir, dengan menyatakan bahwa "narasi bahwa aliran modal keluar Tiongkok akan mengalir ke Bitcoin" telah terbukti efektif dalam siklus pasar sebelumnya. "Ini berhasil pada 2013, 2015, dan dapat berhasil pada 2025," tulis Hayes.

Perspektif ini diperkuat oleh co-founder dan CEO Bybit Ben Zhou, yang memperkirakan bahwa Tiongkok kemungkinan akan mencoba melemahkan mata uangnya sebagai tindakan balasan terhadap tarif baru AS. Zhou menekankan korelasi historis, mencatat bahwa "setiap kali yuan turun, banyak modal Tiongkok mengalir ke BTC," menciptakan kondisi bullish untuk pasar mata uang kripto.

Pola Sejarah dan Dampak Pasar

Hubungan antara pergerakan mata uang Tiongkok dan aksi harga Bitcoin telah diamati beberapa kali selama dekade terakhir.

Pada Agustus 2015, Tiongkok mendevaluasi yuan hampir 2% terhadap dolar AS, menandai depresiasi satu hari terbesar dalam beberapa dekade. Selama periode ini, Bitcoin mengalami peningkatan aktivitas perdagangan, meskipun para ekonom terus memperdebatkan apakah ini mewakili sebab-akibat langsung atau sekadar korelasi.

Pola serupa muncul pada Agustus 2019 ketika yuan menembus rasio penting psikologis 7:1 terhadap dolar AS. Harga Bitcoin melonjak sekitar 20% dalam minggu pertama bulan itu, membuat beberapa analis pasar menyarankan bahwa investor Tiongkok menggunakan mata uang kripto sebagai lindung nilai terhadap devaluasi mata uang domestik.

Pemain institusional juga telah mendokumentasikan hubungan ini. Manajer aset kripto Grayscale secara khusus menyoroti depresiasi yuan sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kekuatan pasar Bitcoin pada 2019. Analisis perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kondisi makroekonomi di Tiongkok mempengaruhi pasar mata uang kripto global.

Yuan telah menunjukkan kelemahan yang terus berlanjut terhadap dolar AS sejak 2022, menciptakan kondisi yang beberapa analis percaya dapat mereplikasi pola pergerakan modal ke aset digital sebelumnya.

Warga kaya Tiongkok secara historis telah memanfaatkan mata uang kripto untuk berbagai tujuan keuangan, menurut pengamat pasar.

Ini termasuk strategi pelestarian kekayaan, penghindaran kontrol modal pemerintah, dan perlindungan terhadap devaluasi mata uang domestik. Beberapa analis percaya bahwa tindakan bank sentral yang mengikis nilai mata uang dapat merusak kepercayaan publik terhadap sistem keuangan tradisional, berpotensi meningkatkan daya tarik alternatif terdesentralisasi seperti Bitcoin.

Meningkatnya Ketegangan Perdagangan

Diskusi saat ini tentang potensi aliran modal terjadi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Pada 7 April, presiden AS mengumumkan rencana untuk menerapkan tarif tambahan terhadap impor Tiongkok, menandakan peningkatan perselisihan perdagangan yang sedang berlangsung.

Tanggapan Tiongkok tidak ambigu, dengan Kementerian Perdagangan mengeluarkan pernyataan yang menegaskan bahwa negara tersebut "akan melawan sampai akhir" terhadap langkah-langkah perdagangan baru. Kementerian secara eksplisit memperingatkan bahwa "jika AS menerapkan langkah-langkah tarif yang ditingkatkan, Tiongkok dengan tegas akan mengambil tindakan balasan untuk mempertahankan kepentingannya sendiri."

Retorika yang mengeras dari kedua belah pihak menunjukkan potensi penyesuaian kebijakan ekonomi yang signifikan, yang diikuti oleh pelaku pasar mata uang kripto dengan alokasi fokus signifikan pada nilai aset digital dan tingkat adopsi.

Pemikiran Akhir

Persilangan antara ketegangan geopolitik, kebijakan mata uang, dan pasar mata uang kripto menyoroti faktor-faktor kompleks yang mempengaruhi valuasi aset digital. Pola sejarah menunjukkan bahwa keputusan kebijakan moneter Tiongkok, terutama devaluasi mata uang, berpotensi mendorong modal signifikan ke dalam Bitcoin dan mata uang kripto lainnya jika korelasi masa lalu terus bertahan.

Disclaimer: Informasi yang diberikan dalam artikel ini hanya untuk tujuan edukasi dan tidak boleh dianggap sebagai nasihat keuangan atau hukum. Selalu lakukan riset sendiri atau konsultasikan dengan profesional saat berurusan dengan aset kripto.