Seorang anggota parlemen Korea Selatan memperingatkan bahwa pemerintah harus dengan cepat menginstitusikan stablecoin atau berisiko kehilangan kendali atas sistem pembayaran domestik.
Anggota parlemen Min Byoung-dug dari Partai Demokrat Korea berbicara di Global Business Forum kedelapan di Seoul pada hari Rabu.
Anggota Komite Urusan Politik tersebut mengatakan penundaan dapat membuat Korea rentan ketika mata uang digital berdenominasi dolar semakin tertanam dalam perdagangan global.
Apa yang Terjadi
Min menekankan bahwa stablecoin “bukan lagi pertanyaan apakah kita harus melakukannya atau tidak.”
Fokus harus beralih pada bagaimana menerapkannya secara efektif dan cepat.
Ia menggambarkan stablecoin yang dipatok dolar sebagai bentuk baru kekuatan moneter yang tidak dapat dihindari oleh negara mana pun.
Perusahaan-perusahaan Korea sudah menghadapi tekanan untuk menerima token berbasis dolar dalam perdagangan luar negeri, terlepas dari preferensi kebijakan domestik.
Usaha kecil telah mulai membayar pekerja asing dengan stablecoin berdenominasi dolar atas permintaan karyawan.
Min memperingatkan praktik-praktik ini akan menjadi rutinitas sebelum kerangka regulasi muncul.
“Saat itulah kedaulatan moneter menghilang,” katanya.
Standar pembayaran menjadi sulit dibalikkan setelah diadopsi secara luas.
Baca juga: Ethereum Confirms Hegota Upgrade For 2026 After Glamsterdam Hard Fork
Mengapa Ini Penting
Korea Selatan belum memiliki undang-undang stablecoin yang komprehensif meski aktivitas perdagangan kripto sangat tinggi.
AS, Jepang, dan Uni Eropa bergerak lebih cepat membangun kerangka regulasi.
Min mengajukan RUU Digital Asset Basic Act pada Juni 2025, yang akan mengizinkan korporasi menerbitkan stablecoin yang didukung won dengan modal minimum 500 juta won (US$360.000).
Namun, Gubernur Bank of Korea Rhee Chang-yong menyatakan kekhawatiran soal entitas non-bank yang menerbitkan token berpatokan won.
Korea mencatat 57 triliun won volume perdagangan stablecoin berpatokan dolar hanya pada kuartal I 2025.
Min menekankan stablecoin berbasis won seharusnya menjadi alat defensif sekaligus strategi pertumbuhan.
Ia menyarankan Korea bisa menciptakan use case berbeda untuk pembayaran budaya dan usaha kecil.
Ini akan membantu negara mengamankan pangsa pasar alih-alih bersaing langsung dengan token berbasis dolar.
Baca selanjutnya: Bitcoin Quantum Debate Escalates Between Blockstream CEO and Castle Island VC

